Banyak Anak Sekolah Kecanduan Judi Online, DPR: Pendidikan Karakter Harus Direformulasi

4 hours ago 5

loading...

Semakin maraknya anak sekolah yang terjerat alias kecanduan judi online (judol) disoroti DPR. Foto/Ilustrasi/SindoNews

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR My Esti Wijayanti menyoroti fenomena semakin maraknya anak sekolah yang terjerat alias kecanduan judi online (judol). Menurutnya, fenomena ini bukan sekadar peristiwa lokal, tetapi gambaran krisis literasi digital serta lemahnya pengawasan sosial di tengah arus digitalisasi.

"Ketika anak SMP sudah mengenal dan terjerat judol dan pinjol (pinjaman online), itu berarti ada yang sangat keliru dalam cara kita mendidik dan membimbing generasi muda,” kata Esti, Rabu (29/10/2025).

Ada berbagai laporan kejadian mengenai anak sekolah yang terpapar judol. Terbaru yang tengah ramai dibicarakan adalah kasus siswa SMP di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sampai terlibat pinjaman online (pinjol) demi membiayai kecanduan berjudi.

Baca juga: Judi Online Sudah Mengkhawatirkan, Data Kejagung Ungkap Anak SD hingga Petani Kecanduan

Kasus ini terungkap setelah siswa tersebut absen dari sekolah selama sebulan karena merasa malu. Esti pun merasa miris dengan kejadian tersebut. “Kasus di Kulon Progo harus menjadi contoh tentang benteng pendidikan dan keluarga kita yang mulai rapuh menghadapi tantangan dunia digital," tuturnya.

Sementara, berdasarkan data laporan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) pada 2024, sebanyak lebih dari 197.000 anak terlibat judi online.

Data Kejaksaan Agung juga menunjukkan informasi serupa. Per 12 September 2025, pelaku judi daring berasal dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari anak-anak sekolah dasar (SD), petani, hingga tunawisma. Kejagung mengatakan anak-anak berjudi daring dimulai dari bermain slot kecil-kecilan.

Terkait hal ini, Esti menilai keterlibatan anak-anak dalam praktik judol tidak bisa hanya dilihat sebagai kegagalan moral individu. Menurutnya, hal ini merupakan konsekuensi dari sistem pendidikan yang belum adaptif dan masih terlalu berorientasi pada hasil akademik semata.

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |