Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation kembali menyelenggarakan kompetisi PFsains 2025 dengan stimulan pendanaan hingga 3 miliar rupiah dan pendampingan dari ekspertis untuk puluhan produk riset terbaik.
Mengusung tema 'Ketahanan Pangan dan Energi melalui Inovasi Teknologi Berkelanjutan,'. Even itu sebagai upaya hilirisasi produk riset akademisi, praktisi, dan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, sekaligus mendukung Asta Cita dan program ketahanan pangan dan energi pemerintah.
Direktur Operasi Pertamina Foundation Gusman Adiwardhana menyatakan salah satu indikator penilaian dalam kompetisi PFsains 2025 yakni adanya keterkaitan dengan poin-poin sustainable development goals (SDGs), novelty, problem statement yang jelas, potensi komersialisasi, serta mengedepankan aspek keberlanjutan dan aspek kesehatan, keselamatan, keamanan, dan lingkungan.
"Indikator penilaian ini nantinya akan diterapkan dalam proses kurasi proposal, general coaching, pitching, serta in-depth interview,” ujarnya, Senin (23/6/2025).
Tahun ini, kompetisi PFsains terbagi atas dua kategori, yakni Ideation dan Implementation. Kategori Ideation ditujukan bagi peserta yang sudah melakukan riset dan sudah berupa laporan hasil riset dengan Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) pada level 1 – 4.
Sedangkan kategori Implementation terbuka untuk riset berupa laporan hasil riset dengan indikasi Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) pada level 5-9 yang memiliki lokasi implementasi, serta berpotensi untuk dikomersialkan.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2020, kompetisi PFsains telah mendukung 36 produk riset inovasi teknologi dan energi dengan menggandeng 754 inovator.
Inovasi Teknologi
Salah satunya untuk ketahanan pangan dihasilkannya alat penetasan telur berkapasitas 100 telur hasil persilangan dua jenis ayam petelur unggul, yakni ayam Mahkota dan ayam Arab yang menghasilkan anakan ayam MAHAR.
“Berkat dukungan Pertamina, kami bisa mengembangkan alat penetas telur yang mampu menyimpan telur pada suhu dan kelembaban,"ujar Ketua tim Gama Ayam, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.
Fase maturity pada ayam MAHAR relatif lebih cepat, di mana ayam Jantan MAHAR sudah mulai berkokok pada bulan ke-4, sedangkan ayam betina MAHAR rata-rata bertelur pada umur 4 hingga 5 bulan.
"Dengan alat ini, produktivitas telur mampu mencapai 320 butir telur per tahun dengan bobot 47-52 gram per butir dan berwarna putih-krem menyerupai telur ayam kampung,” ujar dia menambahkan.
Di samping pengembangkan alat penetas telur, Gama Ayam juga melakukan budidaya ayam MAHAR bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi, Kelurahan Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, yang selanjutnya mereka diberikan ayam MSHAR dan alat penetasan.
“Aspek utama dari para pemenang PFsains ini yang paling kami lihat adalah bagaimana produk risetnya memberikan multiplier effect untuk kesejahteraan masyarakat, baik lewat efisiensi biaya produksi, peningkatan pendapatan, himgga pemenuhan kebutuhan industri dan masyarakat," ujar Gusman menambahkan.
Kompetisi PFsains terbuka bagi masyarakat, baik peneliti, dosen, mahasiswa, praktisi, penggiat yang memiliki ketertarikan dan riset terhadap inovasi teknologi dan energi. Pendaftaran dan informasi selengkapnya dapat diakses melalui laman pertaminafoundation.org.